Minggu, 07 Mei 2017

Teknik Pemilihan Benur Udang

Benur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya udang. Jika ada 100% yang mendorong keberhasilan dalam budidaya, maka benur memegang peranan sebanyak 50%. Sehingga di sini sangatlah penting jika kita bisa mengetahui ciri-ciri benur yang kualitasnya baik. Kualitas benur yang baik akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dan panen lebih cepat, selain itu juga pemilihan benur yang baik dapat mengurangi resiko penyakit dan kegagalan. Kualitas benur yang baik dapat diamati dan diuji baik secara visual, mikroskopis, mikrobiologis hingga PCR.

Benur udang
Sejarah Pemilihan Benur
  • Sebelum tahun 1990 : Pengamatan visual saja
  • Tahun 1990 - 2000 : Pengamatan mikroskopis (Skoring), Tes MBV, Tes Vibrio
  • Tahun 2000 - sekarang : Tes PCR, Benur SPF
Pemeriksaan Kualitas Benur

Tingkat 1 : Pengamatan visual, Stress test, Formaline test

Pengamatan Visual
  • Benur windu PL-13 : 10 mm
  • Benur vaname PL-10 : 8 mm
  • Keseragaman: Coeff. Variation < 25% (ideal < 15%)
  • Warna : pigmen bening atau gelap (tidak merah, putih keruh atau kebiru-biruan).
  • Aktivitas : gerakan aktif dan tidak ada kematian.
  • Antena lurus (tidak membentuk huruf V), ekor membuka.
  • Tingkah laku : melompat ketika wadah diketuk, berenang melawan arus, menempel di dasar/dinding.
  • Hepatopancreas penuh berwarna gelap (kecoklatan / kehitaman tergantung makanan)
  • Usus penuh membentuk garis lurus.

CV (Coeffisien Variation)


Stress Test
  1. Air dari bak benur dicampur dengan air tawar dengan perbandingan 1 : 1.
  2. Masukkan benur 300 ekor tunggu 3 jam.
  3. Setelah 3 jam hitung benur yang masih aktif (bergerak ketika disentuh).
Penghitungan :
SR = (benur yang aktif/total sampel benur) x 100%
Dinyatakan lolos jika SR > 75%
Jelek jika SR < 75%

Formaline test
  1. Air dari bak benur diberi formaline dengan dosis 100 ppm (0,1 ml / liter).
  2. Masukkan benur 300 ekor tunggu 1 jam.
  3. Setelah 1 jam hitung benur yang masih aktif (bergerak ketika disentuh).
Penghitungan :
SR = (benur yang aktif/total sampel benur) x 100%
Dinyatakan lolos jika SR > 75% (>90% excelent)
Jelek jika SR < 75%

Tingkat 2 : Pengamatan mikroskopis
Fungsinya untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang kondisi benur. Peralatan yang diperlukan :
  1. Mikroskop, beaker, slide / coverslip
  2. Malachyte green (pewarnaan MBV)
  3. Drop pipet, disecting set
  4. Random sampling: 100 ekor / bak; 15 – 25 untuk diperiksa
  5. Hasil secara kuantitatif - metode skoring.

Kriteria Pemeriksaan


1. Kondisi hepatopancreas : Menunjukkan kemampuan cerna, penyakit




2. Kondisi otot : Harus mulus/bersih. Kelainan otot menandakan stress



3. Muscle-gut ratio (MGR) : Perkembangan otot baik.


4. Fouling : Tidak ada penempelan 



5. Necrosis (deformity) : Perkembangan abnormal




6. MBV Occlusion bodies : Indikasi stress

Tingkat 3 : Pengamatan mikrobiologi, Tes penyakit dengan PCR

Meliputi pemeriksaan mikrobiologis dan tes PCR.

1. Uji Mikrobiologis
  • Hancurkan sampel udang yang telah diambil secara random, kultur 1 loop sampel pada media TCBS.
  • Kriteria lolos tes: Vibrio kuning < 80 koloni; Vibrio hijau    < 60 koloni; Vibrio nyala (tidak ada)
  • Vibrio hijau lebih bersifat pathogen.

 2. Uji PCR (Polymerase Change Reaction)

Uji PCR pada benur meliputi:
  • WSSV (white spot)
  • IHHNV
  • TSV
  • IMNV
Hasil uji keempat virus harus menunjukkan negative test
Bila salah satu positif, maka benur dinyatakan tidak lolos tes.



KESIMPULAN

Kriteria benur yang baik :
  1. Uji PCR semua harus negatif
  2. Uji mikroskopis nilai tertinggi 60, bila total nilai 50 atau lebih berarti lolos dan bila kurang dari 50 berarti tidak lolos (jelek), bila ada 3 yang nilainya 0 berarti tidak lolos
  3. Pengamatan visual, stress test, tes vibrio harus baik. (lihat hasil tes)

Tidak ada komentar:

Widhi Servo - Owner Servo Group

Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya. Baca selanjutnya di sini 

Top