Kamis, 04 Mei 2017

Cara Kerja Otak

Berikut ada 3 aturan tentang cara kerja otak. 

Rule 1 : Multitasking is a myth. Multitasking itu hanyalah mitos.
Sebab, menurut riset neurologis, otak kita itu bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel.
Otak membenci jika dipaksa untuk bekerja secara paralel (multitasking).
Itulah mengapa, melakukan penyelesaian tugas sambil berkali-kali mendapatkan interupsi akan menghasilkan kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50 % lebih lamban.
Jadi kalau selama ini Anda rajin melakukan multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil tengak-tengok status via Facebook atau chatting grup WA; resiko kelambanan kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian meningkat secara dramatis.

Rule 2 : Ten Minutes Attention Span.
Studi neurologis menyebut, ketika mendengarkan presentasi/ceramah,/kuliah, atau mendengarkan orang lain ngecap, otak kita ternyata hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10 menit.
Setelah itu, konsentrasi kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan.
Jadi kalau ada orang yang nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30 menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh.
Sebab, otak para audiens tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.

Rule 3 atau yang terakhir adalah ini: classroom and cubicle are brain destroyers.
Ya, ternyata ada dua lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita.
Dua lingkungan itu adalah : ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran. Ruang kelas yang isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!).
Ruang cubicle kantor yang membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak Anda.
Ruang kuliah dan ruang kerja tenyata diam-diam telah memasung sel otak kita menuju kemandekan kreativitas. 

Widhi Servo - Owner Servo Group

Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya. Baca selanjutnya di sini 

Top