Berikut ada 3 aturan
tentang cara kerja otak.
Rule 1 :
Multitasking is a myth. Multitasking itu hanyalah mitos.
Sebab, menurut riset
neurologis, otak kita itu bekerja dengan cara sekuensial (ber-urutan) dan tidak
pernah bisa dipaksa bekerja secara paralel.
Otak membenci jika dipaksa
untuk bekerja secara paralel (multitasking).
Itulah mengapa, melakukan
penyelesaian tugas sambil berkali-kali mendapatkan interupsi akan menghasilkan
kualitas kerja 50 % lebih buruk dan 50 % lebih lamban.
Jadi kalau selama ini Anda
rajin melakukan multitasking – misalnya menyelesaikan laporan sambil
tengak-tengok status via Facebook atau chatting grup WA; resiko kelambanan
kerja dan penurunan akurasi laporan akan kian meningkat secara dramatis.
Rule 2 : Ten
Minutes Attention Span.
Studi neurologis menyebut,
ketika mendengarkan presentasi/ceramah,/kuliah, atau mendengarkan orang lain
ngecap, otak kita ternyata hanya bertahan untuk menaruh atensi maksimal 10
menit.
Setelah itu, konsentrasi
kita untuk mendengarkan/ menyimak turun secara signifikan.
Jadi kalau ada orang yang
nyerocos memberikan ceramah atau presentasi tanpa henti selama lebih dari 30
menit, maka hanya kesia-siaan yang akan diperoleh.
Sebab, otak para audiens
tak akan pernah bisa lagi menangkap isi informasi secara optimal.
Rule 3 atau yang
terakhir adalah ini: classroom and cubicle are brain destroyers.
Ya, ternyata ada dua
lingkungan yang menurut Medina paling brutal membunuh daya kreasi otak kita.
Dua lingkungan itu adalah :
ruang kelas perkuliahan/sekolah dan ruang cubicle perkantoran. Ruang kelas yang
isinya melulu ceramah oleh dosen/guru yang monoton, satu arah dan acap
membosankan, ternyata justru membuat otak kita terpasung mati (!).
Ruang cubicle kantor yang
membuat Anda tidak banyak bergerak secara aktif, tersekat-sekat, dan hanya
memaksa Anda untuk melakukan tugas repetitif juga berpotensi menumpulkan otak
Anda.
Ruang kuliah dan ruang
kerja tenyata diam-diam telah memasung sel otak kita menuju kemandekan
kreativitas.