Sabtu, 13 Mei 2017

Mengupas Change Management

Alam mitologi Romawi Kuno, ada dewa yang bernama Janus. Dewa ini bermata dua, kepala yang satu berjenggot dan melihat ke belakang, ke masa lalu. Kepala yang satu lagi tidak berjenggot, tampil muda dan melihat ke depan. Tujuan orang Romawi kuno berdoa kepada Janus adalah mereka ingin masa depan mereka lebih baik daripada masa lalu mereka, karena dewa ini dianggap dewa yang memegang masa lalu dan masa depan. Karena dewa ini membuka tahun yang baru, maka namanya diabadikan untuk bulan pertama: Januari.

Kasus Cigna

Cigna Insurance adalah perusahaan asuransi yang mengalami kerugian fenomenal. Pada tahun 1993 mereka mengalami kerugian sebesar 278 juta dollar US, sampai management nya memutuskan untuk melakukan restrukturisasi change management dengan meminta Thomas Valerio (Ex IBM Executive) menjadi VP Corporate Engineering.

For years, they brutally revealed all weaknesses that they have, without even disclose it from their employees. Apapun yang membuat Cigna lemah, dibuka secara brutal, dicari sebabnya dan dibereskan. Tahun 1998, mereka menggapai laba 80 juta dollar US.

Apa moral cerita di atas:

Change Management yang baik harus dilakukan secara “brutal” dan menyeluruh. Ingat Janus, melihat ke masa lalu dan menuju ke masa depan. Banyak company2 ingin melakukan perbaikan ke depan secara menyeluruh, tetapi lupa bahwa ada “legacy system” atau prinsip prinsip terdahulu yang harus dipangkas habis terlebih dahulu. Change management merupakan suatu perjalanan dari satu titik menuju titik yang lebih baik. Kalau titik awal nya aja gak jelas, kelemahannya aja gak tau, apa yang mau dibenerin?? Proyek2 change management paling sering gagal karena bukannya konsep maju ke depannya jelek, tapi keenggannan dari pihak management untuk membuang kebudayaan kebudayaan yang terpendam yang terbukti tidak efektif.

Contoh: Di banyak organisasi, sistem informasi sering menjadi suatu kelemahan yang mendasar. HR System sering menjadi sebuah sistem yang tidak terintegrasi. Laporan keuangan yang masih pake sistem manual, terlambat dan tidak lengkap merupakan contoh2 kelemahan mendasar.  

Mengenali kelemahan memang butuh waktu yang banyak, duit yang tidak sedikit, tetapi yang lebih penting adalah komitmen dari seluruh anggota, dari level tertinggi sampe level terendah. Lebih baik take time untuk beresin satu satu walaupun lama, daripada beresin secara keseluruhan dan akan merampas biaya, tenaga yang jauh lebih besar dan hasil yang jauh dari beres. 

Bukan artinya kita harus menelantarkan masa depan dan hanya fokus ke masa lalu. Tidak sama sekali!! Hanya kita harus brutal dulu pada diri sendiri sebelum kita melangkah lebih jauh. Yang benar adalah bukannya kita berlari mundur, melainkan kita membetulkan posisi start kita agar dapat melonjak jauh dan membuat gap paling besar dari pelari lainnya.

Salam sukses!!

Widhi Servo - Owner Servo Group

Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya. Baca selanjutnya di sini 

Top