Karena
kebutuhan perusahaan, seorang sahabat belum lama dimutasi dari Cabang ke Kantor
Pusat di unit kerja HR. Diharapkan dengan pengalamannya selama menangani urusan
SDM cabang-cabang, maka ia akan dapat membantu mengatasi permasalahan SDM di
seluruh cabang perusahaan tersebut. Sejauh manakah ia dapat memberikan
kontribusi yang nyata dan menguntungkan perusahaan ?
Tidak
salah kalau dikatakan manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia butuh
bersosialisasi, manusia butuh berinteraksi, berkomunikasi untuk dapat menjadi
manusia seutuhnya. Kondisi yang nyata dihadapi si sahabat ternyata tidak mudah,
bagaimana seorang rekan kerjanya, setiap hari menunjukkan sikap seakan tidak
membutuhkan kehadiran orang lain. Inilah yang dikeluhkan sahabat ini, karena di
unit kerja saat ini, justru di unit HR yang seharusnya semua orang yang ada
dalam unit ini adalah orang yang meng “orang” kan orang lain, dia harus
berhadapan dengan rekan yang disebutnya ‘aneh’ ini. Dia mengaku cukup bingung
apa memang demikian polanya. Apakah hanya kepada dia saja atau kepada orang
lain? Ketika dia tahu bahwa rekan tersebut memang selalu bersikap demikian
kepada semua orang (hampir semuanya kecuali pada atasan yang dia anggap cukup
berkepentingan dengannya), dia semakin bingung dan mengatakan mahal ya kebutuhan
komunikasi itu.
Kita
sama-sama tahu betapa pentingnya komunikasi. Sebagus-bagusnya suatu kebijakan
yang akan menguntungkan karyawan dan juga perusahaan, tidak akan berjalan
dengan baik dan sejalan dengan tujuan apabila tidak disosialisasikan ke semua
cabang. Apakah tidak aneh dan menyedihkan, ada cabang yang menjalankan
kebijakan baru ini, tapi di cabang-cabang lain tidak berjalan dengan baik
karena tidak mendapatkan arahan dari Pusat ?
Kondisi
kurangnya komunikasi pada unit kerja sahabat ini ternyata memang sedikit banyak
diketahui oleh semua cabang. Hal ini terbukti saat dilakukan survei pada setiap
unit yang berhubungan dengan unit kerja ini, maka masukan yang diterima adalah
komunikasi yang buruk di antara SDM pada unit kerja ini. Semua berjalan sendiri-sendiri,
semua ingin menunjukkan bisa meng-handle tanpa merasa butuh orang lain
(walau sebenarnya butuh juga) tapi kurang sekali humble untuk dapat
meminta bantuan rekan kerja lainnya. Ujung-ujungnya orang cabang juga
menjadi bingung ketika harus berkoordinasi dengan orang Kantor Pusat. Atasan
sudah diinformasikan hasil survei ini dan diharapkan dapat membuat perubahan
dalam unit kerjanya. Tetapi semua memang kembali kepada seluruh anggota tim
tersebut, maukah semua saling membuka diri, merasa semua saling membutuhkan
sehingga tidak saling sikut menyikut demi tercapainya tujuan pribadi yang
tersembunyi. Sebuah tugas yang tidak mudah tapi bukan mustahil apabila mau
dicoba dan dilaksanakan.
Berkaca
dari hal di atas, kita patut bersyukur apabila di tempat kita bekerja,
komunikasi bisa terjalin dengan baik sehingga suasana kerja juga nyaman
dan menunjang kinerja tinggi. Mahalnya komunikasi adalah ketika harus dibayar
dengan kerugian yang harus ditanggung perusahaan.