Minggu, 17 Desember 2023

Widhi Servo - Owner Servo Group

Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya.

Baca selanjutnya di sini 

Target Selection

Silahkan lanjut baca di sini 

Laporan BPJS Ketenagakerjaan

Silahkan download di sini 

Perubahan Batasan Upah JP dan Besaran Manfaat JP Tahun 2023

Silahkan lanjut baca di sini 

Key Human Capital Matrix

Silahkan download di sini 

Beberapa catatan mengenai STRATEGI PENGAWASAN BPJS KETENAGAKERJAAN

Silahkan download di sini 

Contoh Job Descriptin - HR Manager

Silahkan download di sini 

Apa Masalah Dalam Sistem Pensiun di Indonesia ?

Silahkan lanjut baca di sini 

Peningkatan Perlindungan Pekerja : Optimalisasi Manfaat BPJS Ketenagakerjaan

 Silahkan lanjut baca di sini

Rencana Aksi Nasional - Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di tempat kerja 2024 - 2028

Silahkan lanjut baca di sini 

DPN Pengupahan - Formula Upah 2024

Silahkan lanjut baca di sini 

STRATEGI RETENSI KEPESERTAAN BPJS KETENAGAKERJAAN DI ERA DIGITAL

Silahkan lanjut baca di sini 

COSO - Internal Control Integrated Framework

Silahkan lanjut baca di sini 

Buku Saku - Jaminan Kehilangan Pekerjaan

Silahkan lanjut baca di sini 

Buku Panduan Wajib Lapor Ketenagakerjaan Perusahaan

Silahkan lanjut baca di sini 

Bahan Serap aspirasi PP 35 dan 36 2021 2023

Silahkan lanjut baca di sini 

Bagan Alur Perkara PHI

Silahkan lanjut baca di sini 

DJSN - Peningkatan Perlindungan Pekerja dengan Optimalisasi Manfaat BPJS Ketenagakerjaan

Silahkan lanjut baca di sini 

Achievement Motivation - Tranceformasi Indonesia

Silahkan lanjut baca di sini 

A Simple Reason Why Ceo is Changed

Silahkan lanjut baca di sini 

BAP - Sertifikasi Fasilitas Budidaya Perairan

Silahkan download di sini 

11 Spirits Of Champion

Silahkan lanjut baca di sini 

3 rute ampuh untuk merajut Best Performance

Narasi indah tentang keberhasilan tidak akan pernah ..... klik di sini untuk melanjutkan membaca 

3 Kompetensi Kunci

 




Leadership Management

Silahkan lanjut baca di sini 

Why Strategy Matters

Silahkan lanjut baca di sini 

Value Innovation Red Ocean vs Blue Ocean

Silahkan lanjut baca di sini 

Managing Customer Value

Silahkan baca di sini 

Introduction to Marketing Concept

Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan mengembangkan konsumen melalui penciptaan....dst baca di sini

Business Model - Developing Business Strategic Mindset

Bisnis Model adalah Cerita Logis yang menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan menciptakan dan memberikan nilai, dan menghasilkan uang.

Silahkan baca seterusnya di sini 

SK GUBERNUR LAMPUNG TENTANG PENETAPAN UMP 2024

Silahkan download di sini 

SKB 3 MENTERI LIBUR NASIONAL DAN CUTI BERSAMA 2024

Silahkan download di sini 

Vol. 2_UN in Indonesia Newsletter 2023_EN

Silahkan download di sini 

Strategi Nasional Pengelolaan Lahan Basah Ekosistem Gambut dan Mangrove

Silahkan download di sini 

United Nation Indonesia - Country Results Report 2022

Silahkan download di sini 

Proses pengolahan Udang Vannamei

 Silahkan download di sini

Sabtu, 16 Desember 2023

Pengaruh suhu dan lama simpan udang Vannamei

Silahkan download di sini 

Pengaruh padat tebar lele dumbo

Silahkan download di sini 

Kumpulan kamus kompetensi Managerial dan Kepribadian

Silahkan download di sini

KOMPETENSI WIRAUSAHAAN

Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu:

Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.

Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.

Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.

Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.

Statisfying customer by providing high quality product, yaitu member kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.

Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat.

KIAT MENJADI WIRAUSAHAWAN YANG TANGGUH DAN BERHASIL

Tujuan yang berkelanjutan; Seorang wirausahawan tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, melainkan senantiasa membuat tujuan baru untuk menantang diri mereka.

Ketekunan; ketabahan dalam mencapai suatu tujuan.

Pengetahuan tentang bisnis; Seorang wirausahawan harus mengerti prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil.

Mengatasi kegagalan; Kegagalan adalah hambatan-hambatan sementara terhadap pencapaian tujuan.
    
Upaya diri; Percaya bahwa anda mengontrol kesuksesan atau kegagalan sehingga upaya yang serius sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.
    
Mengambil Resiko adalah biasa; Kemampuan untuk menilai resiko dan menimbang bahaya; lebih menyukai resiko yang besar namun realistik untuk mencapai tujuan.

Memecahkan masalah; Kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal.

Inisiatif; Wirausahawan adalah individu yang aktif, yang ingin melakukan ide mereka sesegera mungkin sehingga mereka dapat segera melihat hasilnya.

Energi; Stamina yang tinggi diperlukan untuk memenuhi kemempuan menjalankan bisnis.

Kemauan untuk berkonsultasi dengan para ahli; keinginan untuk mencari bantuan orang lain diperlukan untuk mencapai tujuan.

Kesehatan fisik; Kesehatan sangat penting untuk mengimbangi tuntutan dan tekanan yang ditimbulkan dari bisnis anda, terutama pada tahun-tahun awal.

Kesehatan mental dan emosi; Jam kerja yang panjang dan tekanan bisnis menuntut kestabilan emosi anda.

Toleransi terhadap ketidakpastian; Ketidakpastian harus diterima sebagai bagian penting dari bisnis.

Memanfaatkan masukan; Keahlian untuk mencari dan memanfaatkan masukan atas penampilan diri dari tujuan bisnis.

Bersaing dengan standar buatan sendiri; Kecenderungan untuk membuat standar penampilan yang realistik dan berupaya memenuhi standar tersebut.

Mencari tanggung jawab pribadi.

Percaya diri; Percaya diri yang realistik terhadap diri anda dan kemampuan anda untuk mencapai tujuan bisnis atau tujuan pribadi.

Kepandaian; Mampu mengatasi banyak hal atau tugas secara efektif pada saat bersamaan.

Keinginan untuk tidak tergantung; Wirausahawan yang berhasil biasanya terlahir bukanlah seorang yang dapat bekerja sama.

Memanfaatkan imajinasi positif; Kemampuan berimajinasi tentang tujuan adalah ciri khusus dari wirausahawan yang sukses.

Pencapaian tujuan; Perasaan adanya suatu misis, memotivasi para wirausahawan memulai bisnis.

Obyektif; Kemampuan untuk berlaku objektif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang realistik.

Berorientasi pada tujuan; Keinginan untuk menghadapi tantangan dan mencoba batas kemampuan.

Fleksibel; Mau menerima perubahan, mampu menyesuaikan persepsi terhadap tujuan dan kegiatan berdasarkan informasi baru.

Keinginan untuk mencipta.

Keterlibatan jangka panjang; Kesepakatan terhadap proyek jangka panjang dan tujuannya membutuhkan pengorbanan pribadi.

Komitmen; Dedikasi terhadap tujuan tanpa di ganggu atau dihalangi; modifikasi terhadap tujuan dapat terjadi, tetapi tujuan utama masih dipertahankan.

Inovasi; Kemampuan dan keinginan untuk menemukan hal-hal yang baru.

Gambaran jangka panjang; Pemahaman akan tujuan jangka panjang sehingga setiap langkah dalam rencana bisnis dapat dilihat dalam konteks.

Pandangan positif.

Pengetahuan teknis dan industri; Pengertian menyeluruh tentang industri dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis; akses untuk menghubungi ahli dalam bidang tersebut.

Hubungan antar manusia; Kemampuan untuk memperoleh dana jika diperlukan.

Akses pada sumber keuangan; Kemampuan untuk memperoleh dana jika diperlukan.

Hasrat terhadap uang; Bagaimana menggunakan uang dengan sebaik-baiknya dan bijaksana.

Kemampuan berfikir; Seorang wirausahawan harus mempunyai sifat ingin tahu dan berusaha berfikir secara efektif.

Kemampuan menjual; Kemampuan untuk meyakinkan orang lain terhadap nilai produk atau jasa yang ditawarkan.

Kemampuan untuk berkomunikasi: Kemampuan untuk menggunakan kata-kata yang efektif, mudah dimengerti dan dipahami.

Keberanian; Kemauan untuk bertindak atas pendirian sendiri untuk mengatasi masalah dan hambatan.

Umur; Tidak ada umur ideal untuk memulai bisnis, meskipun penting untuk memiliki cukup pengalaman hidup, mawas diri, dan kepercayaan diri.

Latar belakang keluarga; Wirausahawan yang sukses sering mempunyai pasangan, orang tua, atau keluarga dekat yang menjalankan bisnisnya dan memberikan dukungan.

Latar belakang suku; Suku yang suka bermigrasi mempunyai dorongan yang lebih kuat untuk menjadi wirausaha yang berhasil.Latar belakang pekerjaan; Kecenderungan kesulitan bekerjasama dengan orang lain dalam jangka waktu tertentu karena kepribadian yang kreatif, frustasi mendapat perintah dari pihak lain.

Latar belakang pendidikan; Pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang mempunyai jiwa wirausaha yang baik.

Stand Point APINDO terkait arahan Pemerintah

 Silahkan klik di sini

Sabtu, 02 Desember 2023

Good Talent Management Practice

 Silahkan download di sini

Roadmap menuju Indonesia Kompeten 2030

 Silahkan download di sini

Film Relationshit

 Silahkan tonton di sini

Template PICA, Project Management, Dll

 Silahkan klik di sini

Sustainable Development Goals (SDGs)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) adalah Agenda 2030 yang merupakan kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan. TPB/SDGs berprinsip Universal, Integrasi dan Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal atau disebut  NO ONE LEFT BEHIND.

Silahkan klik di sini untuk mendownload beberapa dokumen.

SIFAT-SIFAT TERPENTING DARI WIRAUSAHAWAN DIKENAL DENGAN TEN-D

Dream (mimpi) : Memiliki visi masa depan dan kemampuan mencapai visi tersebut.
Decisiveness (ketegasan) : Tidak menangguhkan waktu dan membuat keputusan dengan cepat.
Dors (pelaku) : Melaksanakan secepat mungkin.
Determination (ketetapan hati) : Komitmen total, pantang menyerah.
Dedication (dedication) : Berdedikasi total, tak kenal lelah.
Devotion (kesetiaan) : Mencintai apa yang dikerjakan.
Details (terperinci) : Menguasai rincian yang bersifat kritis.
Destiny (nasib) : Bertanggung jawab atas diri sendiri.
Dollars (uang) : Kaya bukan motivator utama, uang lebih berarti sebagai ukuran kesuksesan.
Distribute (distribusi) : Mendistribusikan kepemilikan usahanya kepada karyawan kunci yang merupakan faktor penting bagi kesuksesan usahanya.

Performance Appraisal Biases

 Kesalahan saat mengevaluasi karyawan dan kinerja mereka. Bias dan kesalahan saat melakukan evaluasi dan kinerja karyawan yang  dapat merusak proses penilaian kinerja : 

  1. First Impression (primacy effect): 

Kecenderungan menilai pada saat kesan awal


  1. Halo Effect: 

Kecenderungan menilai hanya pada hal-hal positif seseorang. 


  1. Horn Effect: 

Kecenderungan menilai hanya pada hal-hal negatif seseorang


  1. Excessive Stiffness or Lenience: 

Kecenderungan menilai terlalu rendah atau terlalu tinggi


  1. Central Tendency: 

Kecenderungan menilai di tengah


  1. Personal Biases: 

Kecenderungan menilai dengan pertimbangan secara personal


  1. Spillover Effect: 

Kecenderungan menilai pada nilai kurun waktu sebelumnya


  1. Recency Effect: 

Kecenderungan menilai pada peristiwa terbaru


Film Potong Bebek Angsa

 Silahkan nonton di sini

The Cover Your Ass Rule di sekitar kita

Minggu lalu saya menonton tayangan tayangan Panja Mafia Pemilu DPR dengan KPU tentang surat MK palsu. Ada dialog yang cukup “lucu” yang membuat anggota DPR dan wartawan tertawa (dan juga mungkin para penonton tv). Dialog ini tidak sesuai aslinya, tapi kira-kira yang saya ingat seperti ini

Ketua Panja: “jadi siapa yang membacakan surat keputusan MK yang palsu itu?”

Anggota KPU #1:”Saya lupa, Pak”

Ketua Panja: “Sudahlah, kita jujur-jujur saja disini...Masa, tidak ada yang ingat siapa yang membaca?”

Anggota KPU #1:”Saya kurang ingat persis siapa yang membaca, tapi isinya dan keputusannya ada dalam risalah rapat”

Ketua Panja: “Oh jadi ada dalam risalah rapat ya. Jadi memang benar surat itu dibacakan ya? Kira-kira Pak [menyebutkan nama, saya lupa namanya jadi saya ganti jadi Anggota KPU2 ] ingat ngga siapa yang membacakan surat itu?”

Anggota KPU #2:” Tidak ingat Pak. Tapi saya memang ingat surat itu dibacakan.”

Ketua Panja: “Isi surat yang dibacakan apa Pak?”

Anggota KPU #2:” Saya tidak ingat Pak..” (peserta sidang tertawa riuh)

Ketua Panja: “Gimana ini anggota KPU? Tidak ada yang ingat satupun!!” (semua orang tertawa)

Saya teringat ucapan Russel Ackhoff yang mengatakan dalam system yang buruk, para pelaku/aktor yang terlibat didalamnya akan menyelamatkan diri masing-masing karena system yang buruk tidak mempunyai kejelasan role dan responsibility serta tidak mengerti apa tujuan dari organisasi mereka.

Mereka semua akan menerapkan ilmu “menyelamakan diri” ini dan sebisa mungkin menolak mengambil Inisiatif apalagi mengambil Tanggung Jawab. Inilah yang disebut Ackhoff sebagai Cover Your Ass rule. Tidak perduli apa tujuan mulia dari sistem tersebut ada, yang penting kita selamat walaupun system gagal.

Hal ini tidak hanya terjadi di dunia politik.

Di dunia bisnis, dimana para aktornya adalah profesional di dunia swasta, hal seperti ini jamak sekali terjadi.

Saya sering tersenyum dalam hati, dalam berbagai kesempatan bekerja dan ada saat ada pembicaraan untuk bertindak/bertanggung jawab, lalu keluar kalimat-kalimat ini:

“Saya sebenarnya mau membantu Pak, tapi ini bukan tanggung jawab saya, mending Bapak ngomong ke atasan saya ya”

“Siapapun yang harus bertanggung jawab, pastinya bukan saya”

“Inisiatif ini bagus banget, tapi sebaiknya yang mengambil action Mas saja...”

Apalagi kalau sudah ada kesalahan/complain/accident yang membuat top management kebakaran jenggot, ada banyak orang yang akan mengeluarkan pernyataan seragam:

“it wasn’t me!”

“bukan saya, Pak”

Perilaku “cover your ass” ini, kunci utama kegagalan sebuah system/organisasi/perusahaan/negara.

Ubah, jika bisa....jika tidak, tinggalkan organisasi itu secepat mungkin.

TINGKAT KOMPETENSI UNTUK JABATAN

ACHIEVEMENT AND ACTION : MERENCANAKAN & MENGIMPLEMENTASIKAN

KOMPETENSI: SEMANGAT UNTUK BEPRESTASI atau UNTUK MENCAPAI TARGET KERJA

( ACHIEVEMENT ORIENTATION, ACH)

Definisi :

Derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaannya sehingga ia terdorong berusaha untuk bekerja dengan lebih baik atau di atas standar

Mencakup :

- Bekerja untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh manajemen

- Menetapkan dan bertindak dalam meraih sasaran diri sendiri dan orang lain. Fokus pada perbaikan

- Pengoptimalan dalam penggunaan sumber daya

- Melakukan perhitungan terhadap resiko enterpreneurial

SKALA ACH

Level Penjelasan Indikator Prilaku Pemegang Jabatan Semangat Berprestasi

Dimensi A: Intensitas dan Kelengkapan

Level 0 Berfokus pada tugas yang diberikan.

Memberikan usahanya dengan fokus pada tugas yang dengan prestasi rata rata.Tidak diperlukan suatu inisiatif untuk memulai suatu tugas atau cara kerja yang baru

Level 1 Bermotivasi untuk merngerjakan pekerjaan dengan cara yang lebih baik.

Memiliki inisiatif dan menunjukan keinginan untuk mencapai standar kerja yang telah ditetapkan (minimum sama dengan prestasi rata-rata). Senangnya mencoba untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik atau benar, misalnya ingin menemukan cara kerja yang lebih cepat, lebih efisien, lebih murah dsb.

Level 2 Selalu berusaha untuk menyamai standar orang lain / prestasi rata-rata.

Harus mampu untuk bekerja untuk mencapai suatu standar kinerja yang ditetapkan oleh pihak manajemen ( misalnya, menyesuaikan dengan anggaran, mencapai kuota / target penjualan, dan persyaratan kualitas, dsb).

Level 3 Mampu menetapkan ukuran kepuasan kerja / prestasi kerja sendiri, tidak perlu ada pedoman perfomasi dari manajemen.

Berfikir mandiri dalam menetapkan ukuran keberhasilan kerjanya; misalnya, jumlah uang yang dikeluarkan, tingkatan penjualan yang ingin dicapai, menilai perfomansi orang lain, penggunaan waktu, tingkat scrap, memenangkan persaingan, dsb. Level ini juga dapat untuk jabatan yang memegang jabatannya perlu menetapkan target kerjanya secara mandiri, tetapi belum benar- benar menantang, tetapi selalu menetapkan target baru yang sedikit lebih baik. ( catatan: untuk target kerja yang benar-benar menantang dapat diberi nilai untuk level 5, jika tidak benar- benar menantang (agak ragu) diberi skor, 3)

Level 4 Terus berusaha untuk memperbaiki kinerja

Mempunyai kebijakan dalam system kerja, atau dalam kebiasaan kerjanya sendiri untuk memperbaiki kinerja (menetapkan target kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, misalnya mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, cepat, dengan biaya yang lebih murah, lebih efisien, meningkatkan kualitas, kepuasan konsumen, semangat pendapatan),tanpa menetapkan suatu target / tujuan tertentu pada awal kerjanya.

Level 5 Menetapkan tujuan yang menantang.

Menetapkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang menantang baik menurut standar diri sendiri maupun standar dari orang lain. ( misalnya, meningkatkan ( penjualan / kualitas / produktuvitas sebanyak 15% dalam waktu 6 bulan).”menantang”disini maksudnya ada kemungkinan 50-50 untuk mencapai tujuan tersebut merupakan suatu tujuan yang ketat, namun realistis, atau mungkin dilaksanakan. Individu yang biasa melaksanakan merencanakan suatu tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang menantang tetap diberi skor 5, bahkan jika tujuan itu tidak dapat dicapai. Sebaliknya untuk individu yang dalam keseharianya membuat target yang “aman” tidak diberi skor 5, tetapi 3,. Skor 5 diberikan juga kepada individu yang tidak mencapai target kerjanya di awal, tetapi terbukti performansinya meningkat tajam. ‘Tadinya ketika saya mengambil alih, efisiensinya sebesar 20%, sekarang 85%.

Level 6 Menganalisa segala tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analisys).

Menentukan keputusan-keputusan, menetapkan prioritas, atau memilih tujuan–tujuan dalam basis input dan output: membuat pertimbangan secara ilmiah dan eksplisit.

Level 7 Mengambil resiko enterprenerial dengan pertimbangan yang masak.

Memanfaatkan sumber daya dan atau waktu yang signifikan (dalam ketidakpastian) untuk meningkatkan peformansi, mencoba suatu yang baru, mencoba suatu tujuan yang menantang (misalnya mengeluarkan produk atau jasa baru, memilih operasi ‘turn aroun”), disamping itu juga melaksanakan tugas untuk meminimasi resiko yang akan terjadi (misalnya, melakukan riset pemasaran, melakukan pendekatan pada konsumen, dsb); atau dalam Achievement for orther entrepreneurial, memberikan semangat dan mendukkung bawahan dalam menanggung resiko entrepreneurial. Mengambil kesempatan baru dengan penuh pertimbangan, dan meninggalkan apa yang telah dicapai / dimiliki dengan resiko terbesar akan kehilangan yang telah dimiliki jika ternyata kesempatan baru yang diambil tersebut gagal.

Level 8 Konsisten dalam usaha-usaha entrepreneurial.

Melaksanakan tindakan yang dilakukan diluar waktu kerja dalam ketidakpastian untuk meraih tujuan entrepreneurial; atau dengan sukses melakukan usaha-usaha entrepreneurial.

Penjelasan Indikator Pemegang jabatan

Dimensi B. Dampak prestasi /usaha yang dilakukan, besarnya pengaruh

(berlaku jika level kompetensi ACH A 3 atau lebih)

Level 1 Fokus pada kinerja / performansi pribadi.

Bekerja untuk meningkatkan efisiensinya melalui teknik time management, metode kerja personal yang baik, dan sebagainya.Termasuk di dalamnya usaha-usaha untuk untuk meningkatkan efisiensi kerja diri sendiri dan bisa juga termasuk satu orang lainya (salah satu bawahan, sekretaris, dan sebagainya).

Level 2 Mempengaruhi satu atau dua orang lain

Mampu menumbuhkan komitmen finansial (pendapatan / penghematan) yang kecil saja bagi perusahaan

Level 3 Mempengaruhi satu kelompok kerja (4-15 orang).

Mampu memberikan dampak komitmen finansial atau penjualan dengan ukuran moderat. Bekerja untuk membuat sistem yang menjadi lebih efisien, mempengaruhi orang lain untuk bekerja dengan lebih baik / efisien (ACH Others), meningkatkan performensi kelompok (ACH Team).

Level 4 Mempengaruhi satu departemen lebih dari ( 15 orang).

Mampu meningkatkan penjualan dalam jumlah yang cukup besar atau komitmen yang cukup besar bagi perusahaan.

Level 5 Mempengaruhi perusahaan yang cukup besar dalam skala menengah.

(atau suatu divisi dalam perusahaan besar).

Level 6 Mempengaruhi perusahaan dalam skala besar

Level 7 Mempengaruhi keseluruan industri

Level Penjelasan indikator Prilaku pemegang jabatan

Dimensi C. Derajat inovasi, usaha membuat sesuatu yang baru, berbeda baik tindakan ide, dalam konteks pekerjaan organisasi

( berlaku untuk level kompetensi ACH A 3 atau lebih )

Level 1 Hal baru untuk pekerjaan atau unit kerja.

Mampu melakukan hal-hal tertentu (untuk meningkatkan performansi) yang belum pernah dilakukan untuk pekerjaan tertentu, namun mungkin sudah dilakukan dibagian lain perusahaan

Level 2 Hal baru untuk organisasi.

Mampu melaksanakan performansi dengan hal-hal baru dan berbeda ( yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan tersebut, namun bukan hal yang baru di dalam industri yang bersangkutan)

Level 3 Hal baru untuk industri.

Mampu meningkatkan performansi dengan melakukan hal yang unik, melawan arus, dan baru bagi industri yang bersangkutan.

Level 4 Transformasi.

Mampu melakukan hal-hal yang benar-benar baru dan efektif yang merubah industri ( misalnya transformasi yang dimulai Apple, terhadap industri komputer personal, pengembangan transistor oleh Schockley, yang mengawali langkah industri elektronik, transformasi yang dilakukan Henry Ford terhadap industri manufaktur mobil). Level ini, sesuai dengan definisinya, jarang sekali terlihat.

Pelayanan Perijinan Berusaha Berbasis Resiko

 Silahkan download filenya di sini

10 Cara Meningkatkan Cara Bersosialisasi

1. Bicara dengan jelas
Kemampuan berkomunikasi akan berdampak pada bagaimana orang-orang akan memperlakukan Anda. Mereka yang periang biasanya banyak teman, karena ia tahu bagaimana membangun pembicaraan.

2. Punya sesuatu untuk dikatakan
Jangan berpikir bahwa hanya karena Anda berbicara, orang lain pasti mendengarkan. Pastikan bahwa komentar Anda memang ada ‘isinya’. Jangan cuma jadi ‘ember bocor’.

3. Penuh pengertian
Setiap orang punya latar belakang yang berbeda. Jadi, pembicaraan awal biasanya tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai orang lain. Anda bisa saja tidak setuju dengan rekan kerja, tapi masih bisa bekerja sama secara produktif.

4. Pengaruhi orang lain
Dengan pendapat dan opini yang bermutu, Anda telah memberikan ‘warna’ dalam bersosialisasi. Hal ini akan mempengaruhi orang lain dan mereka akan menyukai Anda.

5. Selesaikan setiap masalah
Konflik tidak selalu jelek. Setiap argumentasi bisa dijadikan bahan untuk solusi. Kalau Anda bisa, lakukanlah.

6. Tetap berkepala dingin
Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin, sudah biasa terdengar. Jadi, kalau Anda melihat ada orang yang memang senang cari gara-gara, mendingan jauhi saja dia.

7. Jangan takut untuk berubah
Ada orang yang begitu keras kepala sampai ia tak mau berubah meskipun perubahan itu baik. Jangan sampai begitu.

8. Tidak ada “saya” dalam tim
Banyak orang gemar membawa egonya dalam suatu team work. Semoga Anda bukan salah satunya. Jangan pernah lupa untuk memuji pekerjaan orang lain, mereka akan melakukan hal yang sama.

9. Berdirilah di tengah-tengah
Memang agak sulit, apa lagi kalau Anda terlibat langsung. Tapi, paling tidak, Anda punya pendapat yang jernih bila ada suatu konflik. Cobalah ambil jarak dulu, supaya Anda bisa menganalisis sesuatu dengan akurat.

10. Miliki rencana
Seperti apa pun dalam kehidupan, persiapkan diri Anda ketika akan bersosialisasi. Biarpun Anda spontan dan pandai beromongkosong, Anda harus punya patokan dalam proses berpikir ketika melakukan percakapan.

Enam Topi Berfikir - Edward De Bono

“ Berpikir adalah sumber daya manusia yang paling pokok”

Namun, sebagian besar orang, yang yakin behwa mereka cakap dalam berpikir (seperti humordan seks), tidak berusaha untuk memperbaiki dari. Di sini, Edward De Bono, pemikir lateral terkemuka yang gagasannya mempengaruhi pemerintah dan perusahaan besar di seluruh dunia, memperlihatkan kepada kita bagaimana merampingkan pikiran kita dengan enam topi berpikir-sebuah metode baru yang brilian untuk mengangani setiap masalah.

 Kenakan topi hitam untuk sudut pandang kritis

 Topi kuning untuk optimis yang cerah

 Topi hijau untuk membawa kekayaan gagasan kreatif

 Topi putih untuk netralitas

 Topi merah untuk emosi

Dan kemudian, segera sesudahnya anda menghasilkan suatu jajaran solusi yang mungkin

digunakan, sortirlah!

 Topi biru langit akan memberikan anda pandangan yang objektif.

Hasilnya akan terbukti secara efektif dan menakjubkan.

Dia yang menguasai pikirannya akan menguasai hidupnya

Edward De Bono, nama yang sangat familiar bagi mereka yang mempelajari pengembangan pikiran dan cara berpikir. Enam Topi Berpikir adalah salah satu teknik yang membuatnya sangat diingat oleh banyak orang hingga saat ini. Bagi yang belum pernah mendengar sebelumnya, ini bukan topi yang seperti di Harry Potter ya. Topi berpikir bukan berarti keenam topi ini hidup dan bisa berpikir.

Enam Topi Berpikir adalah sebuah teknik berpikir yang dipaparkan oleh Edward De Bono, menurutnya manusia memiliki enam gaya berpikir yang diibaratkan sebagai 6 buah topi.

Apakah setiap orang memiliki keenam gaya berpikir ini? Jawabannya iya, tetapi tidak semua orang bisa menggunakannya. Ibaratnya anda punya enam topi tetapi anda memakai satu saja sepanjang waktu, tanpa memakai topi yang lainnya. Biasanya jika seseorang tidak melatih kemampuan berpikirnya, paling banyak hanya menguasai 2 sampai 3 topi saja.

Teknik yang diciptakan Edward De Bono adalah menyampaikan pada kita keenam cara berpikir tersebut dan melatih kita agar bisa menggunakannya sesuai dengan kita inginkan, jadi kita bisa melepas dan memasang topi manapun sesuai keinginan kita. Menjadi seseorang yang dengan leluasa menganti cara berpikirnya.

Fungsi utama teknik ini adalah membuat kita mampu berpikir lurus dan objektif. Mencapai hasil yang maksimal dalam mengerjakan sesuatu dengan menangkap pola pikir dari berbagai sudut. Misalnya ketika anda menghasilkan sebuah karya, anda merasa karya itu tidak ada cacatnya sehingga anda butuh orang lain untuk menilai hal itu dengan objektif, tetapi dengan menguasai teknik ini walaupun tanpa bantuan orang lain, anda dapat melihat karya itu secara objektif.


Pemikir dan penemu hebat di dunia adalah orang-orang yang menguasai cara berpikir mereka, tentunya mereka bisa menemukan kelemahan, kelebihan dari apa yang mereka ciptakan. Mereka juga bisa bekerja dengan baik, menghasilkan ide briliant dan mengatur emosi mereka dengan baik adalah karena gaya berpikir mereka.

Tujuan dan hasil yang ingin dicapai dari teknik ini tentunya adalah Cara berpikir yang mampu menyelesaikan masalah, Mampu menganalisis dan melihat peluang serta memiliki cara berpikir yang kooperatif dengan pihak lain.

Adapun Teknik Enam Topi Berpikir atau nama lainnya Lateral / Paralel Thinking ini mengangkat istilah topi, mengingat sebuah ungkapan Inggris kuno yaitu Pakailah Topi Berpikirmu. Keenam Topi Berpikir itu adalah antara lain :

Topi Putih
Putih adalah netral dan objektif. bayangkan sebuah kertas putih kosong. Mengenakan topi putih artinya kumpulkanlan informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Informasi bisa berupa fakta dan data yang sifatnya netral dan objektif. Ingat, hanya informasi. Just the facts, not opinion or interpretation. semakin banyak informasi yang dikumpulkan, peta persoalan akan menjadi semakin jelas dengan sendirinya. Atau mudahnya, bayangkan sebuah komputer yang menyajikan semua data dan informasi yang kita perlukan. Komputer bersifat netral dan objektif. Ia tidak memberikan interprestasi atau opini apapun terhadap data dan informasi yang disajikannya. Ketika mengenakan topi putih, kita diminta berlaku seperti komputer ini.

Topi Merah
Merah melambangkan emosi dan perasaan. mengenakan topi merah artinya kita diajak memandang persoalan dari sudut pandang emosi dan perasaan, baik yang positif maupun negatif —fears, like, dislikes, loves and hates, etc, tanpa alasan atau logika apapun. Ini adalah sesi di mana kita diberi kesempatan untuk mengatakan: This is how i feel about the matter. Emosi juga menyangkut tipe perasaan yang lebih kompleks dan tinggi, yaitu naluri (insting) dan intuisi. Naluri dan intuisi sering kali memberi arah akan hal yang tidak bisa dibeberkan fakta dan informasi.

Topi Hitam
Topi hitam adalah lambang peringatan. Mengenakan topi hitam, kita diajak untuk menjadi sangat berhati-hati. Menganalisa semua sisi negatif dari suatu persoalan, mencari semua faktor resiko, bahaya, kesulitan, dan kelemahan suatu ide. Mempertanyakan berbagai kemungkinan negatif. What can go wrong? What are the potential problems? Where things might be wrong? Topi hitam juga mengajak untuk selalu berada di jalan yang benar dan menguntungkan, tidak melanggar undang-undang, tidak melakukan hal bodoh dan tindakan ilegal. Topi hitam mengajak untuk selalu bersikap logis. Topi hitam memberi arah dan peran sangat penting, tapi jika berlebihan bisa sangat mengganggu juga.

Topi Kuning
Kuning melambangkan cahaya dan optimisme. Juga aura positif. Berlawanan dengan topi hitam, di bawah topi kuning kita diarahkan untuk hanya berpikir hal yang positiftetapi tetap logic and not based on fantasy. Topi kuning fokus pada hal-hal positif menguntungkan, harapan and why something may work. Topi kuning juga digunakan untuk berpikir konstruktif dan generatif, membuat segalanya bisa dilaksanakan. Topi kuning juga bersifat spekulatif, mencari segala kemungkinan untuk menerjemahkan visi, impian dan harapan. Topi kuning mempunyai spektrum positif yang cukup lebar, terentang dari sisi logis dan praktis pada satu sisi dan impian, visi, misi serta harapan di sisi yang lain. Overoptimistic can lead foolishness.

Topi Hijau
Topi hijau melambangkan energi, pertumbuhan, produktivitas. Di bawah topi hijau kita menumbuhkan kreativitas, mencari ide baru dan berbagai alternatif. Di bawah topi hijau kita mengcounter kesulitan yang terdeteksi pada topi hitam. Tinggalkan ide lama dan beralihlah kepada hal-hal dan perspektif baru. Topi hijau adalah perubahan.

Topi Biru
Biru adalah warna angkasa, biru adalah sesuatu di atas segalanya. Topi biru adalah kontrol. Topi biru digunakan untuk mengontrol proses berpikir dan penggunaan topi-topi berpikir lainnya. Biasanya digunakan oleh yang ditunjuk sebagai fasilitator atau pimpinan pada awal pertemuanuntuk memberi arahan tentang situasi yang dihadapi, arah mana yang dituju, serta tujuan dan capaian yang dikehendaki. Pada akhir pertemuan, topi biru juga biasanya meminta hasil pertemuan yang bisa berupa kesimpulan, keputusan, summary, solusi atau apapun. Di bawah topi biru juga ditentukan rencana atau langkah selanjutnya.

Setelah membaca dan mengetahui Enam Topi Berpikir, anda dapat melihat pentingnya kita menguasai cara berpikir kita karena jika kita hanya mengandalkan satu dari enam topi ini maka semua akan menjadi buruk. Banyak masalah yang terlihat terlalu sulit karena memakai topi hitam berlebihan, ada juga yang tidak hati-hati karena terlalu optimis, ada orang yang hanya berpikir kreatif tanpa bertindak. Ini membuktikan pentingnya kita dapat memahami keenam cara berpikir tersebut.

Mari lihat persoalan dan sesuatu dengan cara berpikir yang berbeda, maka kehidupan kita akan menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat.

Widhi Servo - Owner Servo Group

Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya. Baca selanjutnya di sini 

Top