Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya.
Baca selanjutnya di sini
Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya.
Baca selanjutnya di sini
Silahkan download di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan download di sini
Narasi indah tentang keberhasilan tidak akan pernah ..... klik di sini untuk melanjutkan membaca
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan lanjut baca di sini
Silahkan baca di sini
Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan mengembangkan konsumen melalui penciptaan....dst baca di sini
Bisnis Model adalah Cerita Logis yang menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan menciptakan dan memberikan nilai, dan menghasilkan uang.
Silahkan baca seterusnya di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu:
Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
Statisfying customer by providing high quality product, yaitu member kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat.
Tujuan yang berkelanjutan; Seorang wirausahawan tidak hanya puas terhadap pencapaian tujuan, melainkan senantiasa membuat tujuan baru untuk menantang diri mereka.
Ketekunan; ketabahan dalam mencapai suatu tujuan.
Pengetahuan tentang bisnis; Seorang wirausahawan harus mengerti prinsip-prinsip dasar tentang bagaimana suatu bisnis dapat bertahan dan berhasil.
Mengatasi kegagalan; Kegagalan adalah hambatan-hambatan sementara terhadap pencapaian tujuan.
Upaya diri; Percaya bahwa anda mengontrol kesuksesan atau kegagalan sehingga upaya yang serius sangat diperlukan untuk mencapai tujuan.
Mengambil Resiko adalah biasa; Kemampuan untuk menilai resiko dan menimbang bahaya; lebih menyukai resiko yang besar namun realistik untuk mencapai tujuan.
Memecahkan masalah; Kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif dengan banyak akal.
Inisiatif; Wirausahawan adalah individu yang aktif, yang ingin melakukan ide mereka sesegera mungkin sehingga mereka dapat segera melihat hasilnya.
Energi; Stamina yang tinggi diperlukan untuk memenuhi kemempuan menjalankan bisnis.
Kemauan untuk berkonsultasi dengan para ahli; keinginan untuk mencari bantuan orang lain diperlukan untuk mencapai tujuan.
Kesehatan fisik; Kesehatan sangat penting untuk mengimbangi tuntutan dan tekanan yang ditimbulkan dari bisnis anda, terutama pada tahun-tahun awal.
Kesehatan mental dan emosi; Jam kerja yang panjang dan tekanan bisnis menuntut kestabilan emosi anda.
Toleransi terhadap ketidakpastian; Ketidakpastian harus diterima sebagai bagian penting dari bisnis.
Memanfaatkan masukan; Keahlian untuk mencari dan memanfaatkan masukan atas penampilan diri dari tujuan bisnis.
Bersaing dengan standar buatan sendiri; Kecenderungan untuk membuat standar penampilan yang realistik dan berupaya memenuhi standar tersebut.
Mencari tanggung jawab pribadi.
Percaya diri; Percaya diri yang realistik terhadap diri anda dan kemampuan anda untuk mencapai tujuan bisnis atau tujuan pribadi.
Kepandaian; Mampu mengatasi banyak hal atau tugas secara efektif pada saat bersamaan.
Keinginan untuk tidak tergantung; Wirausahawan yang berhasil biasanya terlahir bukanlah seorang yang dapat bekerja sama.
Memanfaatkan imajinasi positif; Kemampuan berimajinasi tentang tujuan adalah ciri khusus dari wirausahawan yang sukses.
Pencapaian tujuan; Perasaan adanya suatu misis, memotivasi para wirausahawan memulai bisnis.
Obyektif; Kemampuan untuk berlaku objektif sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang realistik.
Berorientasi pada tujuan; Keinginan untuk menghadapi tantangan dan mencoba batas kemampuan.
Fleksibel; Mau menerima perubahan, mampu menyesuaikan persepsi terhadap tujuan dan kegiatan berdasarkan informasi baru.
Keinginan untuk mencipta.
Keterlibatan jangka panjang; Kesepakatan terhadap proyek jangka panjang dan tujuannya membutuhkan pengorbanan pribadi.
Komitmen; Dedikasi terhadap tujuan tanpa di ganggu atau dihalangi; modifikasi terhadap tujuan dapat terjadi, tetapi tujuan utama masih dipertahankan.
Inovasi; Kemampuan dan keinginan untuk menemukan hal-hal yang baru.
Gambaran jangka panjang; Pemahaman akan tujuan jangka panjang sehingga setiap langkah dalam rencana bisnis dapat dilihat dalam konteks.
Pandangan positif.
Pengetahuan teknis dan industri; Pengertian menyeluruh tentang industri dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis; akses untuk menghubungi ahli dalam bidang tersebut.
Hubungan antar manusia; Kemampuan untuk memperoleh dana jika diperlukan.
Akses pada sumber keuangan; Kemampuan untuk memperoleh dana jika diperlukan.
Hasrat terhadap uang; Bagaimana menggunakan uang dengan sebaik-baiknya dan bijaksana.
Kemampuan berfikir; Seorang wirausahawan harus mempunyai sifat ingin tahu dan berusaha berfikir secara efektif.
Kemampuan menjual; Kemampuan untuk meyakinkan orang lain terhadap nilai produk atau jasa yang ditawarkan.
Kemampuan untuk berkomunikasi: Kemampuan untuk menggunakan kata-kata yang efektif, mudah dimengerti dan dipahami.
Keberanian; Kemauan untuk bertindak atas pendirian sendiri untuk mengatasi masalah dan hambatan.
Umur; Tidak ada umur ideal untuk memulai bisnis, meskipun penting untuk memiliki cukup pengalaman hidup, mawas diri, dan kepercayaan diri.
Latar belakang keluarga; Wirausahawan yang sukses sering mempunyai pasangan, orang tua, atau keluarga dekat yang menjalankan bisnisnya dan memberikan dukungan.
Latar belakang suku; Suku yang suka bermigrasi mempunyai dorongan yang lebih kuat untuk menjadi wirausaha yang berhasil.Latar belakang pekerjaan; Kecenderungan kesulitan bekerjasama dengan orang lain dalam jangka waktu tertentu karena kepribadian yang kreatif, frustasi mendapat perintah dari pihak lain.
Latar belakang pendidikan; Pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang mempunyai jiwa wirausaha yang baik.
Silahkan klik di sini
Silahkan download di sini
Silahkan download di sini
Silahkan klik di sini
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) adalah Agenda 2030 yang merupakan kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan. TPB/SDGs berprinsip Universal, Integrasi dan Inklusif, untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang tertinggal atau disebut NO ONE LEFT BEHIND.
Silahkan klik di sini untuk mendownload beberapa dokumen.
Kesalahan saat mengevaluasi karyawan dan kinerja mereka. Bias dan kesalahan saat melakukan evaluasi dan kinerja karyawan yang dapat merusak proses penilaian kinerja :
First Impression (primacy effect):
Kecenderungan menilai pada saat kesan awal
Halo Effect:
Kecenderungan menilai hanya pada hal-hal positif seseorang.
Horn Effect:
Kecenderungan menilai hanya pada hal-hal negatif seseorang
Excessive Stiffness or Lenience:
Kecenderungan menilai terlalu rendah atau terlalu tinggi
Central Tendency:
Kecenderungan menilai di tengah
Personal Biases:
Kecenderungan menilai dengan pertimbangan secara personal
Spillover Effect:
Kecenderungan menilai pada nilai kurun waktu sebelumnya
Recency Effect:
Kecenderungan menilai pada peristiwa terbaru
Silahkan nonton di sini
Minggu lalu saya menonton tayangan tayangan Panja Mafia Pemilu DPR dengan KPU tentang surat MK palsu. Ada dialog yang cukup “lucu” yang membuat anggota DPR dan wartawan tertawa (dan juga mungkin para penonton tv). Dialog ini tidak sesuai aslinya, tapi kira-kira yang saya ingat seperti ini
Ketua Panja: “jadi siapa yang membacakan surat keputusan MK yang palsu itu?”
Anggota KPU #1:”Saya lupa, Pak”
Ketua Panja: “Sudahlah, kita jujur-jujur saja disini...Masa, tidak ada yang ingat siapa yang membaca?”
Anggota KPU #1:”Saya kurang ingat persis siapa yang membaca, tapi isinya dan keputusannya ada dalam risalah rapat”
Ketua Panja: “Oh jadi ada dalam risalah rapat ya. Jadi memang benar surat itu dibacakan ya? Kira-kira Pak [menyebutkan nama, saya lupa namanya jadi saya ganti jadi Anggota KPU2 ] ingat ngga siapa yang membacakan surat itu?”
Anggota KPU #2:” Tidak ingat Pak. Tapi saya memang ingat surat itu dibacakan.”
Ketua Panja: “Isi surat yang dibacakan apa Pak?”
Anggota KPU #2:” Saya tidak ingat Pak..” (peserta sidang tertawa riuh)
Ketua Panja: “Gimana ini anggota KPU? Tidak ada yang ingat satupun!!” (semua orang tertawa)
Saya teringat ucapan Russel Ackhoff yang mengatakan dalam system yang buruk, para pelaku/aktor yang terlibat didalamnya akan menyelamatkan diri masing-masing karena system yang buruk tidak mempunyai kejelasan role dan responsibility serta tidak mengerti apa tujuan dari organisasi mereka.
Mereka semua akan menerapkan ilmu “menyelamakan diri” ini dan sebisa mungkin menolak mengambil Inisiatif apalagi mengambil Tanggung Jawab. Inilah yang disebut Ackhoff sebagai Cover Your Ass rule. Tidak perduli apa tujuan mulia dari sistem tersebut ada, yang penting kita selamat walaupun system gagal.
Hal ini tidak hanya terjadi di dunia politik.
Di dunia bisnis, dimana para aktornya adalah profesional di dunia swasta, hal seperti ini jamak sekali terjadi.
Saya sering tersenyum dalam hati, dalam berbagai kesempatan bekerja dan ada saat ada pembicaraan untuk bertindak/bertanggung jawab, lalu keluar kalimat-kalimat ini:
“Saya sebenarnya mau membantu Pak, tapi ini bukan tanggung jawab saya, mending Bapak ngomong ke atasan saya ya”
“Siapapun yang harus bertanggung jawab, pastinya bukan saya”
“Inisiatif ini bagus banget, tapi sebaiknya yang mengambil action Mas saja...”
Apalagi kalau sudah ada kesalahan/complain/accident yang membuat top management kebakaran jenggot, ada banyak orang yang akan mengeluarkan pernyataan seragam:
“it wasn’t me!”
“bukan saya, Pak”
Perilaku “cover your ass” ini, kunci utama kegagalan sebuah system/organisasi/perusahaan/negara.
Ubah, jika bisa....jika tidak, tinggalkan organisasi itu secepat mungkin.
ACHIEVEMENT AND ACTION : MERENCANAKAN & MENGIMPLEMENTASIKAN
KOMPETENSI: SEMANGAT UNTUK BEPRESTASI atau UNTUK MENCAPAI TARGET KERJA
( ACHIEVEMENT ORIENTATION, ACH)
Definisi :
Derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaannya sehingga ia terdorong berusaha untuk bekerja dengan lebih baik atau di atas standar
Mencakup :
- Bekerja untuk memenuhi standar yang ditetapkan oleh manajemen
- Menetapkan dan bertindak dalam meraih sasaran diri sendiri dan orang lain. Fokus pada perbaikan
- Pengoptimalan dalam penggunaan sumber daya
- Melakukan perhitungan terhadap resiko enterpreneurial
SKALA ACH
Level Penjelasan Indikator Prilaku Pemegang Jabatan Semangat Berprestasi
Dimensi A: Intensitas dan Kelengkapan
Level 0 Berfokus pada tugas yang diberikan.
Memberikan usahanya dengan fokus pada tugas yang dengan prestasi rata rata.Tidak diperlukan suatu inisiatif untuk memulai suatu tugas atau cara kerja yang baru
Level 1 Bermotivasi untuk merngerjakan pekerjaan dengan cara yang lebih baik.
Memiliki inisiatif dan menunjukan keinginan untuk mencapai standar kerja yang telah ditetapkan (minimum sama dengan prestasi rata-rata). Senangnya mencoba untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik atau benar, misalnya ingin menemukan cara kerja yang lebih cepat, lebih efisien, lebih murah dsb.
Level 2 Selalu berusaha untuk menyamai standar orang lain / prestasi rata-rata.
Harus mampu untuk bekerja untuk mencapai suatu standar kinerja yang ditetapkan oleh pihak manajemen ( misalnya, menyesuaikan dengan anggaran, mencapai kuota / target penjualan, dan persyaratan kualitas, dsb).
Level 3 Mampu menetapkan ukuran kepuasan kerja / prestasi kerja sendiri, tidak perlu ada pedoman perfomasi dari manajemen.
Berfikir mandiri dalam menetapkan ukuran keberhasilan kerjanya; misalnya, jumlah uang yang dikeluarkan, tingkatan penjualan yang ingin dicapai, menilai perfomansi orang lain, penggunaan waktu, tingkat scrap, memenangkan persaingan, dsb. Level ini juga dapat untuk jabatan yang memegang jabatannya perlu menetapkan target kerjanya secara mandiri, tetapi belum benar- benar menantang, tetapi selalu menetapkan target baru yang sedikit lebih baik. ( catatan: untuk target kerja yang benar-benar menantang dapat diberi nilai untuk level 5, jika tidak benar- benar menantang (agak ragu) diberi skor, 3)
Level 4 Terus berusaha untuk memperbaiki kinerja
Mempunyai kebijakan dalam system kerja, atau dalam kebiasaan kerjanya sendiri untuk memperbaiki kinerja (menetapkan target kerja selalu meningkat dari waktu ke waktu, misalnya mengerjakan sesuatu dengan lebih baik, cepat, dengan biaya yang lebih murah, lebih efisien, meningkatkan kualitas, kepuasan konsumen, semangat pendapatan),tanpa menetapkan suatu target / tujuan tertentu pada awal kerjanya.
Level 5 Menetapkan tujuan yang menantang.
Menetapkan suatu tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang menantang baik menurut standar diri sendiri maupun standar dari orang lain. ( misalnya, meningkatkan ( penjualan / kualitas / produktuvitas sebanyak 15% dalam waktu 6 bulan).”menantang”disini maksudnya ada kemungkinan 50-50 untuk mencapai tujuan tersebut merupakan suatu tujuan yang ketat, namun realistis, atau mungkin dilaksanakan. Individu yang biasa melaksanakan merencanakan suatu tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang menantang tetap diberi skor 5, bahkan jika tujuan itu tidak dapat dicapai. Sebaliknya untuk individu yang dalam keseharianya membuat target yang “aman” tidak diberi skor 5, tetapi 3,. Skor 5 diberikan juga kepada individu yang tidak mencapai target kerjanya di awal, tetapi terbukti performansinya meningkat tajam. ‘Tadinya ketika saya mengambil alih, efisiensinya sebesar 20%, sekarang 85%.
Level 6 Menganalisa segala tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analisys).
Menentukan keputusan-keputusan, menetapkan prioritas, atau memilih tujuan–tujuan dalam basis input dan output: membuat pertimbangan secara ilmiah dan eksplisit.
Level 7 Mengambil resiko enterprenerial dengan pertimbangan yang masak.
Memanfaatkan sumber daya dan atau waktu yang signifikan (dalam ketidakpastian) untuk meningkatkan peformansi, mencoba suatu yang baru, mencoba suatu tujuan yang menantang (misalnya mengeluarkan produk atau jasa baru, memilih operasi ‘turn aroun”), disamping itu juga melaksanakan tugas untuk meminimasi resiko yang akan terjadi (misalnya, melakukan riset pemasaran, melakukan pendekatan pada konsumen, dsb); atau dalam Achievement for orther entrepreneurial, memberikan semangat dan mendukkung bawahan dalam menanggung resiko entrepreneurial. Mengambil kesempatan baru dengan penuh pertimbangan, dan meninggalkan apa yang telah dicapai / dimiliki dengan resiko terbesar akan kehilangan yang telah dimiliki jika ternyata kesempatan baru yang diambil tersebut gagal.
Level 8 Konsisten dalam usaha-usaha entrepreneurial.
Melaksanakan tindakan yang dilakukan diluar waktu kerja dalam ketidakpastian untuk meraih tujuan entrepreneurial; atau dengan sukses melakukan usaha-usaha entrepreneurial.
Penjelasan Indikator Pemegang jabatan
Dimensi B. Dampak prestasi /usaha yang dilakukan, besarnya pengaruh
(berlaku jika level kompetensi ACH A 3 atau lebih)
Level 1 Fokus pada kinerja / performansi pribadi.
Bekerja untuk meningkatkan efisiensinya melalui teknik time management, metode kerja personal yang baik, dan sebagainya.Termasuk di dalamnya usaha-usaha untuk untuk meningkatkan efisiensi kerja diri sendiri dan bisa juga termasuk satu orang lainya (salah satu bawahan, sekretaris, dan sebagainya).
Level 2 Mempengaruhi satu atau dua orang lain
Mampu menumbuhkan komitmen finansial (pendapatan / penghematan) yang kecil saja bagi perusahaan
Level 3 Mempengaruhi satu kelompok kerja (4-15 orang).
Mampu memberikan dampak komitmen finansial atau penjualan dengan ukuran moderat. Bekerja untuk membuat sistem yang menjadi lebih efisien, mempengaruhi orang lain untuk bekerja dengan lebih baik / efisien (ACH Others), meningkatkan performensi kelompok (ACH Team).
Level 4 Mempengaruhi satu departemen lebih dari ( 15 orang).
Mampu meningkatkan penjualan dalam jumlah yang cukup besar atau komitmen yang cukup besar bagi perusahaan.
Level 5 Mempengaruhi perusahaan yang cukup besar dalam skala menengah.
(atau suatu divisi dalam perusahaan besar).
Level 6 Mempengaruhi perusahaan dalam skala besar
Level 7 Mempengaruhi keseluruan industri
Level Penjelasan indikator Prilaku pemegang jabatan
Dimensi C. Derajat inovasi, usaha membuat sesuatu yang baru, berbeda baik tindakan ide, dalam konteks pekerjaan organisasi
( berlaku untuk level kompetensi ACH A 3 atau lebih )
Level 1 Hal baru untuk pekerjaan atau unit kerja.
Mampu melakukan hal-hal tertentu (untuk meningkatkan performansi) yang belum pernah dilakukan untuk pekerjaan tertentu, namun mungkin sudah dilakukan dibagian lain perusahaan
Level 2 Hal baru untuk organisasi.
Mampu melaksanakan performansi dengan hal-hal baru dan berbeda ( yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan tersebut, namun bukan hal yang baru di dalam industri yang bersangkutan)
Level 3 Hal baru untuk industri.
Mampu meningkatkan performansi dengan melakukan hal yang unik, melawan arus, dan baru bagi industri yang bersangkutan.
Level 4 Transformasi.
Mampu melakukan hal-hal yang benar-benar baru dan efektif yang merubah industri ( misalnya transformasi yang dimulai Apple, terhadap industri komputer personal, pengembangan transistor oleh Schockley, yang mengawali langkah industri elektronik, transformasi yang dilakukan Henry Ford terhadap industri manufaktur mobil). Level ini, sesuai dengan definisinya, jarang sekali terlihat.
Silahkan download filenya di sini
1. Bicara dengan jelas
Kemampuan berkomunikasi akan berdampak pada bagaimana orang-orang akan memperlakukan Anda. Mereka yang periang biasanya banyak teman, karena ia tahu bagaimana membangun pembicaraan.
2. Punya sesuatu untuk dikatakan
Jangan berpikir bahwa hanya karena Anda berbicara, orang lain pasti mendengarkan. Pastikan bahwa komentar Anda memang ada ‘isinya’. Jangan cuma jadi ‘ember bocor’.
3. Penuh pengertian
Setiap orang punya latar belakang yang berbeda. Jadi, pembicaraan awal biasanya tidak bisa dijadikan patokan untuk menilai orang lain. Anda bisa saja tidak setuju dengan rekan kerja, tapi masih bisa bekerja sama secara produktif.
4. Pengaruhi orang lain
Dengan pendapat dan opini yang bermutu, Anda telah memberikan ‘warna’ dalam bersosialisasi. Hal ini akan mempengaruhi orang lain dan mereka akan menyukai Anda.
5. Selesaikan setiap masalah
Konflik tidak selalu jelek. Setiap argumentasi bisa dijadikan bahan untuk solusi. Kalau Anda bisa, lakukanlah.
6. Tetap berkepala dingin
Hati boleh panas, kepala harus tetap dingin, sudah biasa terdengar. Jadi, kalau Anda melihat ada orang yang memang senang cari gara-gara, mendingan jauhi saja dia.
7. Jangan takut untuk berubah
Ada orang yang begitu keras kepala sampai ia tak mau berubah meskipun perubahan itu baik. Jangan sampai begitu.
8. Tidak ada “saya” dalam tim
Banyak orang gemar membawa egonya dalam suatu team work. Semoga Anda bukan salah satunya. Jangan pernah lupa untuk memuji pekerjaan orang lain, mereka akan melakukan hal yang sama.
9. Berdirilah di tengah-tengah
Memang agak sulit, apa lagi kalau Anda terlibat langsung. Tapi, paling tidak, Anda punya pendapat yang jernih bila ada suatu konflik. Cobalah ambil jarak dulu, supaya Anda bisa menganalisis sesuatu dengan akurat.
10. Miliki rencana
Seperti apa pun dalam kehidupan, persiapkan diri Anda ketika akan bersosialisasi. Biarpun Anda spontan dan pandai beromongkosong, Anda harus punya patokan dalam proses berpikir ketika melakukan percakapan.
“ Berpikir adalah sumber daya manusia yang paling pokok”
Namun, sebagian besar orang, yang yakin behwa mereka cakap dalam berpikir (seperti humordan seks), tidak berusaha untuk memperbaiki dari. Di sini, Edward De Bono, pemikir lateral terkemuka yang gagasannya mempengaruhi pemerintah dan perusahaan besar di seluruh dunia, memperlihatkan kepada kita bagaimana merampingkan pikiran kita dengan enam topi berpikir-sebuah metode baru yang brilian untuk mengangani setiap masalah.
Kenakan topi hitam untuk sudut pandang kritis
Topi kuning untuk optimis yang cerah
Topi hijau untuk membawa kekayaan gagasan kreatif
Topi putih untuk netralitas
Topi merah untuk emosi
Dan kemudian, segera sesudahnya anda menghasilkan suatu jajaran solusi yang mungkin
digunakan, sortirlah!
Topi biru langit akan memberikan anda pandangan yang objektif.
Hasilnya akan terbukti secara efektif dan menakjubkan.
Dia yang menguasai pikirannya akan menguasai hidupnya
Edward De Bono, nama yang sangat familiar bagi mereka yang mempelajari pengembangan pikiran dan cara berpikir. Enam Topi Berpikir adalah salah satu teknik yang membuatnya sangat diingat oleh banyak orang hingga saat ini. Bagi yang belum pernah mendengar sebelumnya, ini bukan topi yang seperti di Harry Potter ya. Topi berpikir bukan berarti keenam topi ini hidup dan bisa berpikir.
Miliki Mimpi
Bermimpilah jadi pengusaha sukses, punya uang banyak, bisa liburan ke luar negeri dan tempat-tempat eksoktis, atau tak perlu memikirkan pekerjaan lagi karena sudah punya banyak uang. Semua kesuksesan berdasar dari mimpi. Jadi, jangan takut berkhayal atau bermimpi.
Obesi dan Hobi
Jadi, yang Anda lakukan memiliki jiwa, nyawa, dan nilai. Semua yang dilakukan dengan hati, pasti akan lebih lancar dijalankan.
Lihat Kenyataan
Setelah berkhayal, kembalilah ke realita. Kepala boleh di langit, tetapi kaki harus tetap menjejak bumi. Mulailah dari yang anda punya, dan jangan membandingkan dengan milik orang lain.
Buat Rencana Bertahap
Mulailah membuat rencana bertahap. Buatlah kondisi dari nol dengan satu syarat, selalu melihat ke depan. Misalnya, tak punya uang tapi punya modal kemampuan. Lakukan bertahap, perlahan, sesuai kemampuan. Jika dilakukan dengan benar, lambat laun keuntungan akan mengikuti Anda.
Susun Berbagai Rencana
Ketika usaha mulai berjalan, jangan hanya memiliki satu rencana saja. Buat juga rencana B, C, atau D. Jangan menunggu orang datang, tapi harus menjemput bola dan tawarkan kemudahan lain.
Buat Anggaran
Jika usaha sudah berjalan, buat anggaran pengeluaran dan pemasukan dengan rapi. Pisahkan antara pemasukan dan pengeluaran dari gaji suami atau istri untuk biaya sehari-hari, dengan hasil usaha. Sebaiknya, uang dipecah ke dalam dua rekening bank, dan jangan masuk ke dompet, agar tidak boros dan mudah melihat laba yang didapat.
Realistis: Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.
Mau kerja keras (capacity for hard work)
Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)
Penampilan yang baik (good appearance)
Yakin (self confidence)
Pandai membuat keputusan (making sound decision)
Mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
Ambisi untuk maju (ambition drive)
Pandai berkomunikasi (ability to communicate)
Sikap dan Perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Gooffrey G. Meredith (1996; 5-6) mengemungkakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut:
Pendapat lain M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemukakan delapan karakteristik yang meliputi :Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Lebih memilih risiko yang moderat. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil Selalu menghendaki umpan balik yang segera Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambahSelalu menilai prestasi dengan uang.
Saya tidak berbisnis, hanya mengalihkan pikiran negatif saya. Baca selanjutnya di sini